Latar Belakang dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia

Latar Belakang dan Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia

Markagabriel – Islam adalah agama dakwah, yaitu agama yang selalu mendorong pemeluknya untuk selalu aktif berpartisipasi dalam kegiatan dakwah. Kemajuan dan kemunduran umat Islam erat kaitannya dengan kegiatan dakwah yang dilakukan oleh masyarakat dalam menunjang peradaban hidupnya, oleh karena itu banyak masyarakat yang selalu menghadapi berbagai permasalahan yang datang secara langsung maupun tidak langsung dari masyarakat sasaran dakwah.

 

Situasi ini mendorong keterbukaan pemahaman dan penguasaan keterampilan dasar yang mereka butuhkan. Pada tahap ini, masyarakat hanya dapat berpartisipasi pada level rendah, yaitu hanya sebagai pengikut/objek pembangunan, belum menjadi objek pengembangan masyarakat, memprakarsai inisiatif, menghasilkan kreasi, dan mengimplementasikan inovasi di lingkungannya. Ketika masyarakat telah mencapai tahap ketiga ini, masyarakat dapat melakukan pembangunan sendiri.

 

Masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia sangat pesat, diawali dengan kedatangan dari daerah Aceh dengan tujuan menyebarkan agama dakwah melalui penjualan rempah-rempah.

 

Dalam hal ini, pertumbuhan pendidikan gaya modern yang ditempuh oleh pemerintah juga mempengaruhi pertumbuhan sekolah swasta. Beberapa perguruan tinggi swasta seperti Taman Siswa, Ksatrian Institute, INS Katutanam dan People’s College juga berusaha mengembangkan budaya nasional untuk mengimbangi pengaruh budaya Barat.

 

Selain itu, sekolah agama juga mulai memperbaharui sistem dan metode pendidikannya. Berbagai bentuk pendidikan umum diperkenalkan, khususnya sekolah-sekolah yang dijalankan oleh para pembaharu Islam.

 

Di beberapa daerah jenis sekolah ini berkembang pesat, seperti sekolah Islam di Sumatera Barat, sekolah Muhammadiyah dan Sarekat Islam. Didirikan oleh Sarekat Islam, sekolah ini pertama kali didirikan di Semarang pada 21 Juni 1921 dengan kepala sekolah bernama Tan Malaka. Tan Malaka adalah lulusan Sekolah Guru Bumi Putera di Bukit Tinggi.

 

Dengan sekolah yang dipimpinnya, ia ingin mencapai tiga tujuan, yaitu sebagai berikut:

 

  • Menyediakan fasilitas yang memadai bagi siswa untuk mencari nafkah di dunia kapitalis “dengan mengajar matematika, menulis, membaca, sejarah, geografi, Jawa, Melayu, Belanda dan lain-lain”.
  • Menunjukkan komitmennya kepada rakyat agar anak-anak yang lulus dari sekolah ini kelak tidak lupa bahwa rakyat harus mengangkat derajat rakyat.
  • Memberi para murid hak Roh melalui kehidupan pergaulan.

 

Dampak Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia

Perkumpulan Anak merupakan sekolah tersendiri yang sangat penting untuk mendidik anak-anak agar merasa dan berpikir secara mandiri, mendidik mereka untuk berefleksi dan bersaing dalam kehidupan sosial, dan untuk mendidik mereka berbicara dengan lancar dan berani.

 

Hubungan politik antar mahasiswa Sarekat Islam harus dibina dan dikembangkan dengan tujuan agar kelak mereka hidup berdampingan dengan rakyat dalam perjuangan ekonomi dan politik. Dalam waktu singkat, Pesantren Sarekat ini telah berkembang menjadi 12 cabang dengan total +3.000 siswa. Pesatnya kemajuan sekolah SI antara lain disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintah sendiri untuk menyediakan sekolah yang cukup bagi warga Bumi Putera.

 

Pendidikan Islam berlangsung tidak hanya melalui jenis sekolah agama, tetapi juga melalui pesantren, madrasah dan surah. Pesantra dan madrasah, yang dijalankan oleh para pembaharu Islam, adalah jenis sekolah yang berbeda dari sekolah yang didirikan pemerintah baik dari segi isi pendidikan, jenis pengajaran, dan peluang yang diharapkan dari seorang siswa. Sekolah yang mencoba memberikan landasan ideologis adalah Taman Siswa, INS Kayutanan dan Muhammadiyah, terutama di sekolah Muhammadiyah, siswa menerima pendidikan umum selain mata pelajaran agama.

 

Akibat lain dari penyebaran pendidikan ini dilansir dari academia.co.id adalah terbentuknya ideologi yang berbeda, karena peserta didik berasal dari daerah dan budaya yang berbeda, serta dari kelas sosial dan ekonomi yang berbeda, dan penilaian mereka terhadap lingkungan juga berbeda. Karena rumusan tujuan mereka berbeda. Beberapa di antaranya terkait dengan kebangkitan Islam.

 

Ulama, ulama dan kyai yang memimpin pergerakan nasional juga akan muncul dari hasil pendidikan Islam. Mereka mendorong orang untuk mencintai tanah air dan agama mereka. Gerakan tersebut tidak hanya bersifat regional, tetapi merambah lebih jauh ke nasional, akhirnya semangat nasionalisme Indonesia muncul.